Friday, April 10, 2009

Belajar dari Kisah Al-Qur'an

Pesan yang ingin disampaikan didalam surah Al Fatihah hakekatnya adalah jalan yang lurus, yaitu jalan yang dianugrahi nikmat Allah SWT. Maka hal pertama yang perlu dibenahi untuk menuju jalan yang lurus adalah pribadi. Banyak sekali pribadi-pribadi yang dapat menjadi tauladan, seperti kisah Ashhabul Kahfi (QS. Al Kahfi (18) ; 9 s/d 26) yaitu kisah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan dan diberi petunjuk Tuhannya.

Ibunda nabi Isa, Maryam, walaupun dalam perjalanan penuh dengan cobaan tetapi tetap istiqomah (QS. Maryam (19) ; 16 s/d 40), dan masih banyak lagi kisah-kisah yang diabadikan dalam Al Qur’an.

Semua itu menjadi bahan renungan bagi orang-orang yang beriman, pada tataran berikutnya seharusnya kita mencari jalan untuk menempuh cahaya-Nya untuk mengenal diri menuju sadar diri untuk menemukan fitrah agar ‘tidak tersesat’. Bahkan Allah SWT memerintahkan manusia untuk belajar juga dari binatang salah satunya adalah semut, dalam al Qur’an semut merupakan surah ke-27 (An Naml). Semut adalah binatang yang hidup berkelompok didalam tanah, mereka membuat liang dan ruang yang bertingkat-tingkat sebagai rumah dan gudang tempat menyimpan makanan dimusim dingin, kerapihan dan kedisiplinan yang terdapat dalam bangsa semut.

Difirmankan Allah SWT dalam QS. An Naml ; 18 dan 19, bagaimana rakyat semut mencari perlindungan dedngan segera agar jangan terpijak oleh nabu sulaiman a.s dan tentaranya. Secara tidak langsung Allah SWT mengingatkan juga kepada manusia agar dalam berusaha untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, mementingkan kemaslahatan bersama, semut juga merupakan salah satu binatang yang mempunyai organisasi dan kerjasama yang baik.

Lain halnya jika kita belajar dari kisah bangsa Romawi (Ar Ruum). Romawi yang pertama kali dikalahkan lalu kemudian mendapat kemenangan dan sesungguhnya kemenanga itu adalah pertolongan dari Allah SWT. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya dan sesungguhnya Allah SWT tidak menyalahi janji, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuhi. Manusia hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia, sedang mengenai tentang kehidupan akhirat adalah lalai (QS. Ar Ruum (30) ; 3 s/d 7).

Renungkan ketika Siti Aisyah r.a tidur dan bangun sampai tiga kali karena menunggu suaminya Rasulullah SAW, kemudian Siti Aisyah menegur Rasulullah SAW karena tafakur dan tadarus, serta shalat sampai bengkak-bengkak kakinya dan dijawab oleh Rasulullah SAW, ‘wahai humairoh (yang kemerah-merahan pipinya) apakah kamu tidak suka jika suamimu menjadi orang Ya Abadan Syakuro (orang pandai bersyukur).’

Jadi tafakur, tadarus, dan sholat malam adalah dalam rangka bersyukur kehadirat Allah SWT dan berdialog dengan sembahan kita yaitu Allah SWT. Dengan kisah dan hadits diatas seharusnya dapat menjadi penuntun kita untuk menemukan jati diri dan fitrah sebagai makhluk yang paling mulia diantara ciptaannya.

No comments:

Post a Comment

Jangan Cuma Baca Komentar Dikit Juga Gak apa-apa...